“Panggil
aku istri Bang Robby”
Gurauan manja seorang istri dunia maya,
mengingatkan aku pada janji suamiku dulu. saat ia masih duduk manis bersamaku,
menikmati paitnya adukan kopi yang diteguk bersama sekeping roti buatan istri
tercinta. senyum manisnya menerangkan suasana, sapaan suara lembutnya selalu
membuatku ingatkan kenangan saat bersama.
seorang lelaki yang tampan nan rupawan.
dulu saat terdengar kata-kata
perpisahan darinya, ia meminta izin pergi bekerja kenegeri seberang "
federation of Malaysia". hatiku berat melepaskannya, selalu saja merasakan
bahwa ia akan pergi untuk selamanya. iapun mencoba menjelaskan tujuannya pergi
kenegeri seberang. "istriku sayang, abang hanya pergi sebentar saja,
itupun karna tuntutan kerja tentunya untuk masa depan kita. abg janji akan
selalu menghubungimu, jangan cemaskan abang ya??".
"tapi bang, siapa yang akan
mengingatkan aku saat aku lalai, siapa yang melengkapi
hidupku".
"istriku sayang, engkau kuni"kahi karna engkau telah dewasa dan mampu mengingatkan diri sendiri dari segala kelalaianmu. abg percaya, engkau bisa istriku. do'akan aku pada setiap langkahku, beri semangat padaku dalam setiap kegiatanku serta beri kepercayaan akan hadirnya kesuksesan dalam hidup kita"
hidupku".
"istriku sayang, engkau kuni"kahi karna engkau telah dewasa dan mampu mengingatkan diri sendiri dari segala kelalaianmu. abg percaya, engkau bisa istriku. do'akan aku pada setiap langkahku, beri semangat padaku dalam setiap kegiatanku serta beri kepercayaan akan hadirnya kesuksesan dalam hidup kita"
Mendengar untaian indah sang suami,
Ratnapun merasa luluh dan memberi kepercayaan penuh pada suami tercinta. Dalam
hatinya “suamiku benar” aku akan selalu dihatinya dan bisa merindukannya walau
ia jauh dinegeri seberang. “iya” aku akan merelakannya hanya untuk sekejap
saja”, itu pikirnya.
Seberangkas koper telah disiapkan.
Beberapa pasang pakaian cukup untuk dua minggu berlalu untuknya. Tak lupa
diletakkan sebuah bingkai foto pernikahan mereka, mungkin ini sebagai sarana
pengobat rindu suaminya padanya. Ia tetap tersenyum walau hati kecilnya berat
untuk merelakan keberangkatan suami tercintanya.
Sebuah sedan kecil berwarna merah
telah siap mengantarkan suaminya kebandara, uluran tangan seorang istri kepada
seorang suami dihiasi dengan rasa duka yang dalam, Ratna menangis saat suaminya
memeluk untuk terahir kalinya. Masih belum ikhlas, tampaknya memang keduanya
belum mau berpisah. Walau hanya untuk sekejap saja. lambaian tangan tanda
perpisahan menjadi rangkaian akhir pertemuan tatap mata keduanya. “selamat
jalan bang, semoga engkau berhasil”.
Besar harapan Ratna pada suaminya
agar cepat kembali. Sekiranya pagi ia akan berharap kicauan burung adalah sapaan indah dari suaminya.
“mendengar suara itu, aku merasakan kehadiran suamiku disini, bahagia terasa
bila bersama sahabat penyenang hatinya, walau hanya seekor burung, tapi
kehadirannya sudah mewakilkannya”. Tak berani untuk berteduh ditempat lain
selain ditempat duduk suamiku, tersenyum dan terus saja tersenyum. Suami
tercintaku dialah idaman hatiku.
“Tuhanku, jagalah dia disetiap
langkahnya. Ingatkan dia jika ia mulai melupakanmu. Berikan kesejahteraan
padanya, berilah kesehatan baik dalam pendengaran maupun penglihatannya” amin.
Handpone bordering, dan Ratnapun
segera bergegas kekamar. Telpon itu dari suaminya.
“assalamualaikum”,
“walaikumsalam bang?”, gimana
perjalanannya bang, semoga tidak ada hal yang membuatku cemas terjadi padamu,
engkau baik-baik saja kan?”
Istriku, berkat do’amu abang sudah
sampai dengan selamat. Tadinya abang risau karna belum pernah naik pesawat,
tapi mana boleh terlihat kampungan didepan patner kerja abang. Diluar terlihat
santai, duh… padahal jantung abang berdetak kencang. J
. Abang kira sudah sampai diakhirat, pas pesawat sudah mendarat abang Tanya
“malaikatnya mana?”, mereka semua menertawakan abang”. Ratna tertawa mendengar
cerita suaminya itu, tapi yang terpenting baginya adalah keselamatan suaminya.
“jangan lupa untuk menjaga kesehatan bang, minum vitamin sebelum berangkat
kerja dan jangan lupa makan juga ya.
“tenang sayang, abang udah diberi
kupon untuk makan, kalo lapar tinggal kasi kupon aja, dan makananpun akan
segera tiba”. “syukurlah” jawab Ratna. Nanti hubungi lagi bang ya,
sekarang pergilah bergegas kerja, inikan
jadwal kerjamu. “baiklah istriku. Assalamualaikum!”
“walaikumsalam suamiku”.
Setelah
diberi kabar oleh suaminya, Ratna merasa lega. Kini iapun melanjutkan
aktivitasnya.
“sayur,
saaayuuur, sayur, sayuuur”
Dari
luar rumah terdengar suara abang penjual sayur, Ratnapun bergegas untuk
membelinya. “sayur bang” teriaknya.
“iya
neng, mau beli sayur apa?, tumben sendiri neng, suaminya kemana ya?”
“ia
ni, bang Roby lagi tugas kerja ke Malaysia selama dua minggu. Begitu bijaknya
suamiku sehingga tukang sayurpun merasakan keberadaannya disekitar sini”.
“oh
githu neng, ya sudah nanti kalo mas Roby telpon titip salam saya saja neng”,
“iya bang” jawab Ratna.
Tukang
sayurpun berlalu.
Tak ada yang menggandakan langkah
kakiku, saat ini hanya satu iringan. Saat aku bekerja selalu saja ada sedikit
komentar yang membuatku selalu semangat untuk melanjutkan segala aktivitasku. Sampai
ia berangkat kerjapun tak lupa mengingatkanku lewat pesan singkatnya. Saat ia
pulang kerja dengan semangat yang tinggi dan rasa bahagia yang luar biasa, aku
membukakan pintu untuknya.
Dinegeri
seberang, Roby mulai merasakan kehilangan, apa yang dirasakan Ratna maka iapun
terbawa. Tapi dia adalah seorang suami yang bijaksana. Dia mengatur cara
kerjanya sefisien mungkin. Ruang kamar ditatanya sendiri, ia ingin kamarnya yang dimalaysia ditata persis
seperti kamar tidurnya diindonesia. Meja berada tepat disamping tempat tidur, ia
ingat diatas meja selalu dihiasi dengan panduan indah bunga mawar yang selalu
memberikan aroma bahagia untuk mereka. Karna Roby dan Ratna sama-sama suka
dengan bunga tersebut.
Jam
menunjukkan pukul tujuh pagi. Perutku terasa lapar, Roby segera naik kelantai
delapan, tidak lupa ia membawa kupon miliknya. Ia hanya memesan nasi goreng
dengan segelas air putih. “ini cukup” pikirku. Sembari menunggu makanan tiba,
ia mengambil telpon genggamnya dan kemudian menghubungi istrinya.
“Assalamualaikum?”,..
“walaikumsalam?,
udah makan bang?”
“Hmmmm,
udah belum ya?, aduh dimalaysia gak ada rendang seenak buatanmu sayang, jadi
males makan”, Roby menggoda istrinya.
“Beli
saja rendang buatan uncle mutu bang?,
rasanya pasti lebih enak, yang penting jangan gak makan ya?”.
“iya
istriku, nasi goreng special sudah ada didepanku. Pagi ini banyak yang memesan
roti untuk menu sarapannya, tapi karna abang ingat Ratna jadi pesannya nasi
goreng”, hehe
“oya
bang, cepat pulang ya?”, “hmmmm, baiklah istriku, jangan lupa makan juga ya,
abang tutup dulu telponnya, untuk besok abang gak bisa janji bisa menghubungimu
karna ada persentasi proyek, manager tidak mengijinkan kami untuk mengaktifkan
Hp, love you honey” jelas Roby
kembali dan iapun segera mengakhiri telponnya.
(to be continued..................)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar