Selasa, 11 Juni 2013

Panggil aku istri Bang Roby

cerpen terhangat ala andespay.

“Panggil aku istri Bang Robby”

Gurauan manja seorang istri dunia maya, mengingatkan aku pada janji suamiku dulu. saat ia masih duduk manis bersamaku, menikmati paitnya adukan kopi yang diteguk bersama sekeping roti buatan istri tercinta. senyum manisnya menerangkan suasana, sapaan suara lembutnya selalu membuatku ingatkan kenangan saat bersama.
seorang lelaki yang tampan nan rupawan. dulu saat terdengar kata-kata perpisahan darinya, ia meminta izin pergi bekerja kenegeri seberang " federation of Malaysia". hatiku berat melepaskannya, selalu saja merasakan bahwa ia akan pergi untuk selamanya. iapun mencoba menjelaskan tujuannya pergi kenegeri seberang. "istriku sayang, abang hanya pergi sebentar saja, itupun karna tuntutan kerja tentunya untuk masa depan kita. abg janji akan selalu menghubungimu, jangan cemaskan abang ya??".
"tapi bang, siapa yang akan mengingatkan aku saat aku lalai, siapa yang melengkapi
hidupku".
"istriku sayang, engkau kuni"kahi karna engkau telah dewasa dan mampu mengingatkan diri sendiri dari segala kelalaianmu. abg percaya, engkau bisa istriku. do'akan aku pada setiap langkahku, beri semangat padaku dalam setiap kegiatanku serta beri kepercayaan akan hadirnya kesuksesan dalam hidup kita"
Mendengar untaian indah sang suami, Ratnapun merasa luluh dan memberi kepercayaan penuh pada suami tercinta. Dalam hatinya “suamiku benar” aku akan selalu dihatinya dan bisa merindukannya walau ia jauh dinegeri seberang. “iya” aku akan merelakannya hanya untuk sekejap saja”, itu pikirnya.
Seberangkas koper telah disiapkan. Beberapa pasang pakaian cukup untuk dua minggu berlalu untuknya. Tak lupa diletakkan sebuah bingkai foto pernikahan mereka, mungkin ini sebagai sarana pengobat rindu suaminya padanya. Ia tetap tersenyum walau hati kecilnya berat untuk merelakan keberangkatan suami tercintanya.
Sebuah sedan kecil berwarna merah telah siap mengantarkan suaminya kebandara, uluran tangan seorang istri kepada seorang suami dihiasi dengan rasa duka yang dalam, Ratna menangis saat suaminya memeluk untuk terahir kalinya. Masih belum ikhlas, tampaknya memang keduanya belum mau berpisah. Walau hanya untuk sekejap saja. lambaian tangan tanda perpisahan menjadi rangkaian akhir pertemuan tatap mata keduanya. “selamat jalan bang, semoga engkau berhasil”.
Besar harapan Ratna pada suaminya agar cepat kembali. Sekiranya pagi ia akan berharap kicauan  burung adalah sapaan indah dari suaminya. “mendengar suara itu, aku merasakan kehadiran suamiku disini, bahagia terasa bila bersama sahabat penyenang hatinya, walau hanya seekor burung, tapi kehadirannya sudah mewakilkannya”. Tak berani untuk berteduh ditempat lain selain ditempat duduk suamiku, tersenyum dan terus saja tersenyum. Suami tercintaku  dialah idaman hatiku.
“Tuhanku, jagalah dia disetiap langkahnya. Ingatkan dia jika ia mulai melupakanmu. Berikan kesejahteraan padanya, berilah kesehatan baik dalam pendengaran maupun penglihatannya” amin.
Handpone bordering, dan Ratnapun segera bergegas kekamar. Telpon itu dari suaminya.
“assalamualaikum”,
“walaikumsalam bang?”, gimana perjalanannya bang, semoga tidak ada hal yang membuatku cemas terjadi padamu, engkau baik-baik saja kan?”
Istriku, berkat do’amu abang sudah sampai dengan selamat. Tadinya abang risau karna belum pernah naik pesawat, tapi mana boleh terlihat kampungan didepan patner kerja abang. Diluar terlihat santai, duh… padahal jantung abang berdetak kencang. J . Abang kira sudah sampai diakhirat, pas pesawat sudah mendarat abang Tanya “malaikatnya mana?”, mereka semua menertawakan abang”. Ratna tertawa mendengar cerita suaminya itu, tapi yang terpenting baginya adalah keselamatan suaminya. “jangan lupa untuk menjaga kesehatan bang, minum vitamin sebelum berangkat kerja dan jangan lupa makan juga ya.
“tenang sayang, abang udah diberi kupon untuk makan, kalo lapar tinggal kasi kupon aja, dan makananpun akan segera tiba”. “syukurlah” jawab Ratna. Nanti hubungi lagi bang ya, sekarang  pergilah bergegas kerja, inikan jadwal kerjamu. “baiklah istriku. Assalamualaikum!”
“walaikumsalam suamiku”.
Setelah diberi kabar oleh suaminya, Ratna merasa lega. Kini iapun melanjutkan aktivitasnya.
“sayur, saaayuuur, sayur, sayuuur”
Dari luar rumah terdengar suara abang penjual sayur, Ratnapun bergegas untuk membelinya. “sayur bang” teriaknya.
“iya neng, mau beli sayur apa?, tumben sendiri neng, suaminya kemana ya?”
“ia ni, bang Roby lagi tugas kerja ke Malaysia selama dua minggu. Begitu bijaknya suamiku sehingga tukang sayurpun merasakan keberadaannya disekitar sini”.
“oh githu neng, ya sudah nanti kalo mas Roby telpon titip salam saya saja neng”, “iya bang” jawab Ratna.
Tukang sayurpun berlalu.
Tak ada yang menggandakan langkah kakiku, saat ini hanya satu iringan. Saat aku bekerja selalu saja ada sedikit komentar yang membuatku selalu semangat untuk melanjutkan segala aktivitasku. Sampai ia berangkat kerjapun tak lupa mengingatkanku lewat pesan singkatnya. Saat ia pulang kerja dengan semangat yang tinggi dan rasa bahagia yang luar biasa, aku membukakan pintu untuknya.


Dinegeri seberang, Roby mulai merasakan kehilangan, apa yang dirasakan Ratna maka iapun terbawa. Tapi dia adalah seorang suami yang bijaksana. Dia mengatur cara kerjanya sefisien mungkin. Ruang kamar ditatanya sendiri, ia ingin  kamarnya yang dimalaysia ditata persis seperti kamar tidurnya diindonesia. Meja berada tepat disamping tempat tidur, ia ingat diatas meja selalu dihiasi dengan panduan indah bunga mawar yang selalu memberikan aroma bahagia untuk mereka. Karna Roby dan Ratna sama-sama suka dengan bunga tersebut.
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Perutku terasa lapar, Roby segera naik kelantai delapan, tidak lupa ia membawa kupon miliknya. Ia hanya memesan nasi goreng dengan segelas air putih. “ini cukup” pikirku. Sembari menunggu makanan tiba, ia mengambil telpon genggamnya dan kemudian menghubungi istrinya.
“Assalamualaikum?”,..
“walaikumsalam?, udah makan bang?”
“Hmmmm, udah belum ya?, aduh dimalaysia gak ada rendang seenak buatanmu sayang, jadi males makan”, Roby menggoda istrinya.
“Beli saja rendang buatan uncle mutu bang?, rasanya pasti lebih enak, yang penting jangan gak makan ya?”.
“iya istriku, nasi goreng special sudah ada didepanku. Pagi ini banyak yang memesan roti untuk menu sarapannya, tapi karna abang ingat Ratna jadi pesannya nasi goreng”, hehe
“oya bang, cepat pulang ya?”, “hmmmm, baiklah istriku, jangan lupa makan juga ya, abang tutup dulu telponnya, untuk besok abang gak bisa janji bisa menghubungimu karna ada persentasi proyek, manager tidak mengijinkan kami untuk mengaktifkan Hp, love you honey” jelas Roby kembali dan iapun segera mengakhiri telponnya.
(to be continued..................)